KARYA ANAK BANGSA
Rabu, 04 Juli 2012
CINDERELAS
Raden Putra adalah raja Kerajaan Jenggala. Ia didampingi seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang cantik jelita. Tetapi, selir Raja Raden Putra memiliki sifat iri dan dengki terhadap sang permaisuri. Ia merencanakan suatu yang buruk kepada permaisuri. “Seharusnya, akulah yang menjadi permaisuri. Aku harus mencari akal untuk menyingkirkan permaisuri,” pikirnya.
Selir baginda, berkomplot dengan seorang tabib istana. Ia berpura-pura sakit parah. Tabib istana segera dipanggil. Sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah menaruh racun dalam minuman tuan putri. “Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda sendiri,” kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia segera memerintahkan patihnya untuk membuang permaisuri ke hutan.
Sang patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke hutan belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuhnya. Rupanya sang patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. “Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh,” kata patih. Untuk mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya. Raja menganggung puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, lahirlah anak sang permaisuri. Bayi itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari, ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur. “Hmm, rajawali itu baik sekali. Ia sengaja memberikan telur itu kepadaku.” Setelah 3 minggu, telur itu menetas. Cindelaras memelihara anak ayamnya dengan rajin. Anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang bagus dan kuat. Tapi ada satu keanehan. Bunyi kokok ayam jantan itu sungguh menakjubkan! “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…”
Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya dan segera memperlihatkan pada ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan. Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. “Ayo, kalau berani, adulah ayam jantanmu dengan ayamku,” tantangnya. “Baiklah,” jawab Cindelaras. Ketika diadu, ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan. Ayamnya benar-benar tangguh.
Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat. Raden Putra pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras. “Hamba menghadap paduka,” kata Cindelaras dengan santun. “Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan rakyat jelata,” pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-elukan Cindelaras dan ayamnya. “Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku. Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?” Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya segera berbunyi. “Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun kelapa, ayahnya Raden Putra…,” ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. “Benarkah itu?” Tanya baginda keheranan. “Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda.”
Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. “Aku telah melakukan kesalahan,” kata Baginda Raden Putra. “Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku,” lanjut Baginda dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.
AKU JATUH CINTA
Ia memang aneh… ia membuat kita seperti gila. Tak mengenal diri kita sendiri, tak terfahami, kadang… aku merasa sangat mengenalnya hingga aku merasa hanya aku sendirilah yang paling tau siapa ia, namun terkadang aku tak dapat memahaminya walau dalam pengertian yang paling sederhana sekalipun,
Aku jatuh cinta padanya, melebihi apa yang dapat aku fikirkan, melampaui sesuatu yang dapat aku fahami secara logika, ia …lebih dari apa yang sanggup aku mengerti. Jujur aku tak dapat memahaminya secara akal atau pikiran sehat, tapi hatiku mengerti apa yang hatiku rasakan apa yang aku rasakan apa yang sedang terjadi. Apakah cinta memang harus dapat dipahami secara logika?
Aku jatuh cinta tanpa segaja, diluar kehendakku sebagai seorang manusia, ini seperti sesuatu yang memang harus aku jalani. Dengan rasa bahagia. Seperti kau tersenyum tanpa sebab yang kau tau bahwa kau hanya merasa bahagia. Ini seperti saat kau berada dipuncak tertinggi dan siap untuk terjun bebas. Ini menyenangkan. Ini membuatmu takut, membuatmu sedikit royal, membuatmu merasa lebih hidup dan bahagia…
Aku jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Saat aku tau bahwa kau adalah seseorang yang berbedaa. Saat aku mereasa selalu ingin berada didekatmu, mendengar suaramu, senyumanmu, tertawamu, tingkah lucumu… bahkan kesedihanmu. Saat takut menyapamu, saat kegirangan saat kau menyentuhku. Saat kau … kau indah. Kau … seseorang yang aku sayangi.
Aku jatuh cinta melampaui batas nalar kebanyakan manusia, saat mereka hanya menerima cinta yang biasa, dan aku memiliki cinta yang mungkin tidak atau belum mereka pahami. Memiliki cinta yang berbeda namun lebih indah. Memiliki cinta yang … hanya dapat dimengerti oleh manusia yang sedang jatuh cinta. Cinta yang tanpa sebab. Yang hadir karena ada.
Aku jatuh cinta mungkin untuk yang terakhir kalinya.
By : ARIS MUNANDAR
TULISAN
Sahabat Sejati
kian lama hidup yang ku jalani
selalu bersama mu sahabat ku
susah sedih senang yang ku rasakan
bersama mu sahabat ku
sahabat
begitu banyak kenangan yang kita lalui
ke bahagian yang selalu kita rasa bersama
namun musnah dengan sekejap
telah di renggut oleh maut yang tak terduga
sahabat
kini kau telah pergi meninggalkan ku
meninggalkan semua kenangan kita
menyimpulkan sebuah air mata
yang terjatuh di pipi ku
sahabat
meski kini kita tak bersama
meski kita telah berbeda kehidupan
namun kita tetap satu dalam hati dan cinta
karena kau sahabat sejati ku
selamat tinggal sahabat ku
selamat jalan sahabat sejati ku
cinta kasih mu kan selalu satu di hati ku
selamanya ………
Definisi kepemimpinan , Tipe kepemimpinan & teori kepemimpinan,.!!!
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana seorang individu mempengaruhi orang lain menuju pencapaian tujuan organisasi atau kelompok. Tiga poin tentang definisi kepemimpinan harus ditekankan. Pertama, kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial. Kepemimpinan tidak bisa ada tanpa pemimpin dan satu atau lebih pengikut. Kedua, kepemimpinan memunculkan tindakan sukarela pada bagian dari pengikut. Sifat sukarela dari kepatuhan memisahkan kepemimpinan dari jenis lain pengaruh berdasarkan kewenangan formal. Akhirnya, kepemimpinan hasil dalam perilaku pengikut 'yang tujuan dan goal-directed dalam beberapa jenis pengaturan terorganisir. Banyak, meskipun tidak semua, penelitian fokus kepemimpinan pada sifat kepemimpinan di tempat kerja.
Kepemimpinan mungkin adalah topik yang paling sering dipelajari dalam ilmu organisasi. Ribuan studi kepemimpinan telah diterbitkan dan ribuan halaman tentang kepemimpinan telah ditulis dalam buku-buku akademis dan jurnal, berorientasi bisnis publikasi, dan umum publikasi minat. Meskipun demikian, sifat kepemimpinan dan hubungannya dengan variabel kriteria kunci seperti kepuasan bawahan, komitmen, dan kinerja masih belum pasti, ke titik di mana Fred Luthans, dalam buku Perilaku Organisasi nya (2005), mengatakan bahwa "[kepemimpinan ] tidak tetap cukup banyak dari 'kotak hitam' atau konsep yang tidak bisa dijelaskan. "
Kepemimpinan harus dibedakan dari manajemen. Manajemen melibatkan perencanaan, pengorganisasian, staffing, memimpin, dan mengendalikan, dan manajer adalah seseorang yang melakukan fungsi tersebut. Seorang manajer memiliki wewenang formal berdasarkan nya atau posisinya atau kantor. Kepemimpinan, sebaliknya, terutama berkaitan dengan pengaruh. Seorang manajer mungkin atau mungkin tidak menjadi pemimpin yang efektif. Kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi orang lain mungkin didasarkan pada berbagai faktor selain kekuasaan formal nya atau posisi.
Dalam bagian berikut, pengembangan studi kepemimpinan dan teori dari waktu ke waktu secara singkat dilacak. Tabel 1 memberikan ringkasan dari pendekatan teoritis utama.
Tabel 1
Kepemimpinan Perspektif
Sejarah Kepemimpinan Teori
Teori Kepemimpinan Waktu Pendahuluan Mayor Tenets
Trait Teori 1930 Karakteristik individu pemimpin berbeda daripada nonleaders.
Perilaku Teori 1940-an dan 1950-an Perilaku pemimpin yang efektif yang berbeda dengan perilaku para pemimpin yang tidak efektif. Dua kelas utama perilaku pemimpin yang berorientasi tugas dan perilaku hubungan perilaku berorientasi.
Teori Kontingensi 1960 dan 1970 Faktor-faktor unik untuk setiap situasi menentukan apakah karakteristik pemimpin tertentu dan perilaku akan efektif.
Sejarah Kepemimpinan Teori
Teori Kepemimpinan Waktu Pendahuluan Mayor Tenets
Pemimpin-Anggota Bursa 1970 Para pemimpin dari berkualitas tinggi hubungan dengan beberapa bawahan tetapi tidak yang lain. Kualitas pemimpin-bawahan hubungan mempengaruhi hasil kerja banyak.
Kepemimpinan Karismatik 1970 dan 1980 Para pemimpin yang efektif menginspirasi bawahan berkomitmen untuk tujuan dengan mengkomunikasikan visi, menampilkan perilaku karismatik, dan teladan pribadi yang kuat.
Pengganti musuh Kepemimpinan 1970 Karakteristik organisasi, tugas, dan bawahan dapat menggantikan atau meniadakan efek dari perilaku kepemimpinan.
SEJARAH PENGEMBANGAN
Tiga kerangka teoritis utama penelitian telah mendominasi kepemimpinan di berbagai titik dalam waktu. Ini termasuk pendekatan sifat (1930 dan 1940), pendekatan perilaku (1940-an dan 1950-an), dan pendekatan kontingensi atau situasional (1960 dan 1970).
PENDEKATAN SIFAT.
Studi ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan fokus pada sifat-sifat pemimpin yang efektif. Premis dasar di balik teori karakteristik adalah bahwa pemimpin yang efektif dilahirkan, tidak dibuat, sehingga nama kadang-kadang diterapkan pada versi awal ide ini, "orang besar" teori. Banyak studi kepemimpinan berdasarkan kerangka teoritis dilakukan pada 1930-an, 1940-an, dan 1950-an.
Pemimpin penelitian sifat meneliti karakteristik fisik, mental, dan sosial individu. Secara umum, studi ini hanya mengamati hubungan yang signifikan antara sifat-sifat individu dan ukuran efektivitas kepemimpinan. Ciri fisik seperti tinggi, sifat mental seperti kecerdasan, dan sifat-sifat sosial seperti atribut kepribadian semua subjek penelitian empiris.
Kesimpulan awal dari penelitian terhadap sifat-sifat pemimpin adalah bahwa tidak ada ciri-ciri universal yang konsisten dipisahkan pemimpin yang efektif dari orang lain. Dalam kajian penting dari literatur kepemimpinan yang diterbitkan pada tahun 1948, Ralph Stogdill menyimpulkan bahwa penelitian yang ada tidak menunjukkan kegunaan pendekatan sifat.
Beberapa masalah dengan penelitian sifat awal mungkin dapat menjelaskan kurangnya dirasakan temuan signifikan. Pertama, teori pengukuran pada saat itu adalah tidak sangat canggih. Sedikit yang diketahui tentang sifat-sifat psikometri dari langkah-langkah yang digunakan untuk melaksanakan sifat. Akibatnya, studi yang berbeda kemungkinan besar akan menggunakan ukuran yang berbeda untuk menilai konstruk yang sama, yang membuat sangat sulit untuk mereplikasi temuan. Selain itu, banyak studi sifat bergantung pada sampel remaja atau lebih rendah tingkat manajer.
Penelitian sifat awal sebagian besar atheoretical, tidak menawarkan penjelasan untuk hubungan yang diusulkan antara karakteristik individu dan kepemimpinan.
Akhirnya, penelitian sifat awal tidak mempertimbangkan dampak dari variabel situasional yang mungkin memoderasi hubungan antara ciri-ciri pemimpin dan ukuran efektivitas pemimpin. Sebagai akibat dari kurangnya temuan konsisten menghubungkan sifat-sifat individu untuk efektivitas kepemimpinan, studi empiris sifat pemimpin sebagian besar ditinggalkan pada tahun 1950.
PEMIMPIN PERILAKU PENDEKATAN.
Sebagian sebagai akibat dari kekecewaan dengan pendekatan sifat kepemimpinan yang terjadi pada awal 1950-an, fokus penelitian kepemimpinan bergeser jauh dari sifat pemimpin dengan perilaku pemimpin. Premis ini aliran penelitian adalah bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh para pemimpin lebih penting daripada sifat-sifat fisik, mental, atau emosional. Dua yang paling terkenal studi kepemimpinan perilaku terjadi di Ohio State University dan University of Michigan di tahun 1940-an dan 1950-an. Studi ini memicu ratusan penelitian kepemimpinan lainnya dan masih banyak dikutip.
Studi Ohio State memanfaatkan Perilaku Pemimpin Kuesioner Description (LBDQ), administrasi itu dengan sampel individu dalam, perusahaan manufaktur militer, administrator perguruan tinggi, dan pemimpin mahasiswa. Jawaban kuesioner tersebut faktor-dianalisis untuk menentukan apakah perilaku pemimpin umum muncul di seluruh sampel. Kesimpulannya adalah bahwa ada dua aspek yang berbeda dari kepemimpinan yang menggambarkan bagaimana para pemimpin menjalankan peran mereka.
Dua faktor, pertimbangan disebut dan struktur memulai, secara konsisten muncul. Struktur inisiasi, kadang-kadang disebut berorientasi pada tugas perilaku, meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan koordinasi kerja bawahan. Pertimbangan melibatkan menunjukkan kepedulian terhadap bawahan, bersikap mendukung, mengakui bawahan prestasi, dan menyediakan kebutuhan bawahan kesejahteraan.
Studi-studi kepemimpinan Michigan berlangsung pada waktu yang sama dengan yang di Ohio State. Di bawah arahan umum dari Rensis Likert, fokus dari studi Michigan adalah untuk menentukan prinsip dan metode kepemimpinan yang menyebabkan produktivitas dan kepuasan kerja. Penelitian menghasilkan dua perilaku kepemimpinan umum atau orientasi: orientasi karyawan dan orientasi produksi. Pemimpin dengan orientasi karyawan menunjukkan perhatian yang tulus untuk hubungan interpersonal. Mereka dengan orientasi produksi difokuskan pada aspek teknis tugas atau pekerjaan.
Kesimpulan dari studi Michigan adalah bahwa orientasi karyawan dan umum, bukan pengawasan yang ketat menghasilkan hasil yang lebih baik. Likert akhirnya mengembangkan empat "sistem" manajemen berdasarkan studi ini, ia menganjurkan Sistem 4 (sistem partisipatif-kelompok, yang merupakan set paling partisipatif perilaku pemimpin) sebagai memberikan hasil paling positif.
Salah satu konsep sebagian besar didasarkan pada pendekatan perilaku untuk efektivitas kepemimpinan adalah Grid (atau Kepemimpinan) Manajerial, yang dikembangkan oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Grid menggabungkan "keprihatinan untuk produksi" dengan "kepedulian terhadap orang" dan menyajikan lima gaya perilaku alternatif kepemimpinan. Seorang individu yang menekankan produksi tidak sedang berlatih "manajemen miskin" menurut grid. Jika seseorang menekankan kepedulian terhadap orang dan ditempatkan sedikit penekanan pada produksi, ia istilah "negara-klub" manajer.
Sebaliknya, seseorang yang menekankan kepedulian terhadap produksi tetapi sedikit perhatian terhadap masalah bawahan adalah "tugas" manajer. Seseorang yang mencoba untuk menyeimbangkan perhatian untuk produksi dan perhatian untuk orang-orang itu disebut sebagai "tengah-of-the-road" manajer.
Akhirnya, seorang individu yang bisa secara bersamaan menunjukkan kepedulian yang tinggi untuk produksi dan kepedulian tinggi bagi orang-orang sedang berlatih "manajemen tim." Menurut resep dari grid, manajemen tim adalah pendekatan kepemimpinan terbaik. Grid manajerial menjadi alat konsultan besar dan merupakan dasar untuk cukup banyak pelatihan kepemimpinan di dunia usaha.
Asumsi dari pendekatan perilaku pemimpin adalah bahwa ada perilaku tertentu yang akan secara universal efektif untuk para pemimpin. Sayangnya, penelitian empiris tidak menunjukkan hubungan yang konsisten antara perilaku pemimpin berorientasi pada tugas atau orang berorientasi dan efektivitas pemimpin. Seperti penelitian sifat, pemimpin penelitian perilaku tidak mempertimbangkan pengaruh situasional yang mungkin memoderasi hubungan antara perilaku pemimpin dan efektivitas pemimpin.
KONTINJENSI (SITUASI) PENDEKATAN.
Teori kontingensi atau situasional kepemimpinan mengusulkan bahwa konteks kelompok organisasi atau bekerja mempengaruhi sejauh mana sifat-sifat pemimpin yang diberikan dan perilaku akan efektif. Teori kontingensi menjadi terkenal di akhir 1960-an dan 1970-an. Empat dari terkenal teori lebih kontingensi adalah teori kontingensi Fiedler, jalan-tujuan teori, Vroom-Jago Yetton-pengambilan keputusan model kepemimpinan, dan teori kepemimpinan situasional. Masing-masing pendekatan kepemimpinan secara singkat dijelaskan dalam paragraf berikut.
Diperkenalkan pada tahun 1967, teori kontingensi Fiedler adalah yang pertama untuk menentukan bagaimana faktor-faktor situasional berinteraksi dengan ciri-ciri pemimpin dan perilaku untuk mempengaruhi efektivitas kepemimpinan. Teori ini menunjukkan bahwa "favorability" situasi menentukan efektivitas tugas-orang yang berorientasi perilaku pemimpin.
Favorability ditentukan oleh (1) rasa hormat dan kepercayaan bahwa pengikut miliki untuk pemimpin, (2) sejauh mana bawahan tanggung jawab dapat terstruktur dan kinerja diukur, dan (3) kontrol pemimpin memiliki lebih bawahan penghargaan. Situasi ini paling baik jika pengikut menghormati dan mempercayai pemimpin, tugas ini sangat terstruktur, dan pemimpin memiliki kontrol atas imbalan dan hukuman.
Penelitian Fiedler menunjukkan bahwa berorientasi pada tugas pemimpin adalah lebih efektif bila situasinya baik sangat menguntungkan atau sangat tidak menguntungkan, tetapi orang yang berorientasi pemimpin lebih efektif dalam situasi yang cukup menguntungkan atau tidak menguntungkan. Teori ini tidak selalu mengusulkan bahwa pemimpin bisa beradaptasi gaya kepemimpinan mereka pada situasi yang berbeda, tapi itu pemimpin dengan gaya kepemimpinan yang berbeda akan lebih efektif bila ditempatkan dalam situasi yang cocok dengan gaya yang mereka sukai.
Teori kontingensi Fiedler telah dikritik pada kedua dasar konseptual dan metodologis. Namun, penelitian empiris telah mendukung banyak dari proposisi khusus dari teori ini, dan tetap memberikan kontribusi penting untuk memahami efektivitas kepemimpinan.
Path-tujuan teori pertama kali disajikan dalam artikel Science 1971 Administrasi Triwulanan oleh Robert House. Path-tujuan teori mengusulkan bahwa karakteristik bawahan dan karakteristik lingkungan kerja menentukan perilaku pemimpin akan lebih efektif. Karakteristik kunci dari bawahan diidentifikasi oleh teori ini adalah lokus kontrol, pengalaman kerja, kemampuan, dan kebutuhan afiliasi. Karakteristik lingkungan yang penting yang disebutkan oleh teori ini adalah sifat dari tugas, sistem otoritas formal, dan sifat dari kelompok kerja. Teori ini mencakup empat perilaku pemimpin yang berbeda, yang meliputi kepemimpinan direktif, kepemimpinan suportif, kepemimpinan partisipatif, dan berorientasi prestasi kepemimpinan.
Menurut teori ini, perilaku pemimpin harus mengurangi hambatan untuk bawahan 'pencapaian tujuan, memperkuat bawahan harapan bahwa kinerja baik akan menyebabkan penghargaan dihargai, dan memberikan pelatihan untuk membuat jalan untuk hadiah lebih mudah bagi bawahan. Path-tujuan teori menunjukkan bahwa perilaku pemimpin yang akan menyelesaikan tugas ini tergantung pada faktor kontingensi bawahan dan lingkungan.
Path-tujuan teori telah dikritik karena tidak mempertimbangkan interaksi antara faktor-faktor kontingensi dan juga karena kompleksitas model yang mendasari teoritis, teori harapan. Penelitian empiris telah menyediakan beberapa dukungan untuk proposisi teori tersebut, terutama yang berkaitan dengan direktif dan perilaku pemimpin yang mendukung.
The Vroom-Jago Yetton-pengambilan keputusan model yang diperkenalkan oleh Victor Vroom dan Phillip Yetton pada tahun 1973 dan direvisi oleh Vroom dan Jago tahun 1988. Teori ini berfokus terutama pada tingkat partisipasi bawahan yang sesuai dalam situasi yang berbeda. Dengan demikian, menekankan gaya pengambilan keputusan dari pemimpin.
Ada lima jenis pemimpin pengambilan keputusan gaya, yang diberi label AI, AII, CI, CII, dan G. Gaya ini berkisar dari sangat otokratis (AI), untuk sangat demokratis (G). Menurut teori ini, gaya yang sesuai ditentukan oleh jawaban atas hingga delapan pertanyaan diagnostik, yang berhubungan dengan faktor kontingensi seperti pentingnya kualitas keputusan, struktur masalah, apakah bawahan memiliki cukup informasi untuk membuat keputusan kualitas, dan pentingnya komitmen bawahan keputusan.
Model Vroom-Yetton-Jago telah dikritik karena kompleksitasnya, untuk asumsi bahwa tujuan para pengambil keputusan 'konsisten dengan tujuan organisasi, dan untuk mengabaikan kemampuan yang dibutuhkan untuk sampai pada keputusan kelompok untuk masalah sulit. Penelitian empiris telah mendukung beberapa resep dari teori.
Teori kepemimpinan situasional awalnya diperkenalkan pada tahun 1969 dan direvisi pada tahun 1977 oleh Hersey dan Blanchard. Teori ini menunjukkan bahwa faktor kontingensi kunci yang mempengaruhi pilihan pemimpin gaya kepemimpinan adalah kematangan tugas terkait dari bawahan. Kematangan bawahan didefinisikan dalam hal kemampuan bawahan untuk menerima tanggung jawab atas perilaku mereka sendiri tugas-terkait. Teori ini mengklasifikasikan perilaku pemimpin ke dalam dua kelas yang luas dari perilaku berorientasi tugas dan berorientasi pada hubungan. Proposisi utama teori kepemimpinan situasional adalah bahwa efektivitas tugas dan hubungan kepemimpinan berorientasi tergantung pada kematangan bawahan seorang pemimpin.
Teori kepemimpinan situasional telah dikritik pada kedua dasar teoritis dan metodologis. Namun, tetap salah satu yang lebih terkenal teori kontingensi kepemimpinan dan menawarkan wawasan ke dalam interaksi antara kemampuan bawahan dan gaya kepemimpinan.
PERKEMBANGAN TERKINI
Meskipun sifat, perilaku, dan kontingensi pendekatan masing-masing telah memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang kepemimpinan, tidak ada pendekatan telah memberikan penjelasan yang memuaskan kepemimpinan dan efektivitas kepemimpinan. Sejak tahun 1970, beberapa kerangka teoretis alternatif untuk studi kepemimpinan telah maju. Di antara lebih penting dari ini adalah pemimpin-anggota teori pertukaran, teori kepemimpinan transformasional, pengganti untuk pendekatan kepemimpinan, dan filosofi kepemimpinan yang melayani.
PEMIMPIN-ANGGOTA BURSA TEORI.
Pemimpin-anggota bursa (LMX) teori awalnya disebut teori hubungan vertikal angka dua. Teori ini diperkenalkan oleh George Graen dan rekan berbagai di tahun 1970 dan telah direvisi dan disempurnakan di tahun-tahun sejak itu. Teori LMX menekankan (yaitu, satu-satu) hubungan diadik antara pemimpin dan bawahan individu, bukan ciri-ciri atau perilaku pemimpin atau karakteristik situasional.
Fokus teori ini adalah menentukan tipe pemimpin-bawahan hubungan yang mempromosikan hasil yang efektif dan faktor-faktor yang menentukan apakah para pemimpin dan bawahan akan dapat mengembangkan berkualitas tinggi hubungan.
Menurut teori LMX, para pemimpin tidak memperlakukan semua bawahan dengan cara yang sama, tetapi menjalin hubungan erat dengan beberapa (dalam kelompok), namun tetap jauh dari orang lain (out-group). Mereka yang dalam kelompok-menikmati hubungan dengan pemimpin yang ditandai oleh kepercayaan dan saling menghormati. Mereka cenderung untuk terlibat dalam aktivitas yang penting dan keputusan. Sebaliknya, pada kelompok luar dikecualikan dari kegiatan penting dan keputusan.
Teori LMX menunjukkan bahwa berkualitas tinggi hubungan antara angka dua pemimpin-bawahan akan memberikan hasil positif seperti kinerja yang lebih baik, omset yang lebih rendah, kepuasan kerja, dan komitmen organisasi. Penelitian empiris mendukung banyak dari hubungan yang diusulkan (Steers et al., 1996).
TEORI KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL.
Mulai tahun 1970-an, sejumlah teori kepemimpinan muncul yang difokuskan pada pentingnya karisma seorang pemimpin untuk efektivitas kepemimpinan. Termasuk dalam kelas ini adalah teori teori DPR kepemimpinan karismatik, Bass teori kepemimpinan transformasional, dan Conger dan teori kepemimpinan karismatik Kanungo itu.
Teori-teori ini memiliki banyak kesamaan. Mereka semua fokus pada mencoba untuk menjelaskan bagaimana para pemimpin dapat mencapai hal-hal luar biasa terhadap peluang, seperti memulihkan sebuah perusahaan gagal, mendirikan sebuah perusahaan yang sukses, atau mencapai kesuksesan militer besar melawan rintangan yang luar biasa. Teori-teori juga menekankan pentingnya kekaguman 'bawahan inspirasi' pemimpin, dedikasi, dan loyalitas tidak diragukan lagi melalui mengartikulasikan visi yang jelas dan menarik.
Teori kepemimpinan Tranformational membedakan antara transaksional dan pemimpin transformasional. Kepemimpinan transaksional berfokus pada peran dan persyaratan tugas dan memanfaatkan hadiah bergantung pada kinerja. Sebaliknya, kepemimpinan transformasional berfokus pada pengembangan saling percaya, memupuk kemampuan kepemimpinan orang lain, dan menetapkan tujuan yang melampaui kebutuhan jangka pendek dari kelompok kerja.
Bass teori kepemimpinan transformasional mengidentifikasi empat aspek kepemimpinan yang efektif, yang meliputi karisma, inspirasi, stimulasi intelektual, dan pertimbangan. Seorang pemimpin yang menunjukkan kualitas ini akan menginspirasi bawahan untuk berprestasi tinggi dan menempatkan kepentingan jangka panjang dari organisasi di depan kepentingan mereka sendiri jangka pendek, menurut teori. Penelitian empiris telah mendukung banyak proposisi teori tersebut.
PENGGANTI UNTUK TEORI KEPEMIMPINAN.
Kerr dan Jermier memperkenalkan pengganti teori kepemimpinan pada tahun 1978. Fokus teori ini berkaitan dengan memberikan penjelasan untuk kurangnya dukungan empiris yang lebih kuat bagi hubungan antara ciri-ciri pemimpin atau perilaku pemimpin dan kepuasan bawahan dan kinerja. Para pengganti teori kepemimpinan menunjukkan bahwa karakteristik dari organisasi, tugas, dan bawahan dapat menggantikan atau meniadakan efek dari kepemimpinan, sehingga melemahkan hubungan yang diamati antara perilaku pemimpin dan hasil organisasi penting.
Pengganti untuk kepemimpinan membuat perilaku pemimpin seperti task-oriented atau berorientasi pada hubungan yang tidak perlu. Karakteristik organisasi yang dapat menggantikan kepemimpinan termasuk formalisasi, kekompakan kelompok, aturan tidak fleksibel, dan manfaat organisasi tidak di bawah kendali pemimpin. Karakteristik tugas yang dapat menggantikan kepemimpinan termasuk tugas-tugas rutin dan berulang atau tugas-tugas yang memuaskan. Karakteristik bawahan yang mungkin menggantikan kepemimpinan mencakup kemampuan, pengalaman, pelatihan, dan pekerjaan yang berhubungan dengan pengetahuan.
Para pengganti teori kepemimpinan telah menghasilkan cukup banyak bunga karena ia menawarkan penjelasan secara intuitif menarik mengapa pemimpin dampak perilaku bawahan dalam beberapa situasi tetapi tidak pada orang lain. Namun, beberapa proposisi teoritis belum cukup diuji. Teori ini terus menghasilkan penelitian empiris.
PELAYAN KEPEMIMPINAN.
Pendekatan terhadap kepemimpinan mencerminkan filosofi bahwa pemimpin harus menjadi hamba pertama. Ini menunjukkan bahwa para pemimpin harus menempatkan kebutuhan bawahan, pelanggan, dan masyarakat di atas kepentingan mereka sendiri agar efektif. Karakteristik pemimpin pelayan meliputi empati, kepedulian, dan komitmen untuk pertumbuhan pribadi, profesional, dan spiritual dari bawahan mereka. Kepemimpinan yang melayani belum mengalami pengujian empiris yang luas tetapi telah menghasilkan bunga yang cukup besar antara kedua sarjana kepemimpinan dan praktisi.
Kepemimpinan terus menjadi salah satu yang paling ditulis tentang topik dalam ilmu sosial. Meskipun banyak yang telah dipelajari tentang kepemimpinan sejak 1930-an, banyak jalan penelitian masih tetap untuk dijelajahi saat kita memasuki abad kedua puluh satu.
Unsur-unsur Komunikasi
Komunikasi dilakukan oleh pihak yang memberitahukan (komunikator) kepada pihak penerima (komunikan). Komunikasi efektif tejadi apabila sesuatu (pesan) yang diberitahukan komunikator dapat diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dan mudah dipahami kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain sebagai berikut:
1. Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirimkan pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi.
2. Komunikan.
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3. Media.
Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.
4. Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.
5. Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
KLASIFIKASI KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Teori komunikasi adalah satu pandangan dan strategi yang akan membentuk alat dan rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak dilaksanakan Dalam proses komunikasi teori akan membina bentuk dan kaidah komunikasi yang hendak dibuat. Melalui penulisan ini pejelasan tentang beberapa teori komunikasi akan dibuat. Terdapat dua aspek utama yang dilihat secara tidak langsung dalam bidang ini sebagai satu bidang pengkajian yang baru. Aspek pertama ialah perkembangan dari beberapa sudut atau kejaidian seperti teknologi komunikasi, perindustrian dan politik dunia. Teknologi komunikasi contohnya radio, televisi, telefon, setelit, rangkaian komputer telah menghasilkan ide untuk mengetahui apakah kesan perkembangan teknologi komunikasi terhadap individu, masyarakat dan penduduk disebuah negara. Perkembangan politik dunia, memperlihatkah bagaimana kesan politik terhadap publik sehingga menimbulkan propaganda dan pendapat umum. Seterusnya perkembangan perindustrian seperti perminyakan dan perkapalan menuntut betapa perlunya komunikasi yang berkesan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas agar mencapai maksud atau tujuan organisasi tersebut. Aspek kedua ialah dari sudut kajian di mana para pelajar berminat untuk mengkaji bidang-bidang yang berkaitan dengan komunikasi seperti mereka yang dari bidang psikologi sosial mengkaji penggunaan teknologi baru terhadap kesan tayangan animasi kepada anak-anak , propaganda dan dinamik kelompok. penjelasan atas politik dunia seperti menganalisa propaganda Nazi yang mampu mempengaruhi pendengar sehingga mereka patuh dan bersatu. Selanjutnya kajian awal penyelidik atas perindustrian yang pada separuh abad ke-20 tertuju kepada memenuhi keinginan sektor pemasaran untuk mengetahui komunikasi dengan lebih dekat setelah pengiklanan menunjukan kepentingannya. Oleh karena itu, bidang komunikasi mengambil langkah dan maju kedepan setelah berlakunya pengembangan dari sudut teknologi komunikasi, perindustrian dan politik dunia serta kajian-kajian yang telah dilakukan. Sehingga bidang komunikasi menjadi bidang pengkajian yang baru dan mula diminati oleh banyak orang. Namun, bidang yang menjadi asas kepada bidang komunikasi ialah bidang-bidang sains sosial seperti sosiologi, pendidikan, psikologi sosial, pengurusan, antropologi dan psikologi.
Komunikasi lisan
komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka.lisan ini terjadi pada saat dua orang atau lebih saling berbicara/ berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato.
komunikasi lisan yang tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara alat seperti telepon, handphone, VoIP, dan lain sebagainya karena adanya jarak dengan si pembicara dengan lawan bicara.
Komunikasi tulisan
komunikasi tulisan adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima.Komunikasi tulisan dapat berupa surat-menyurat, sms, surat elektronik, dan lain sebagainya.
komunikasi tulisan juga dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk masyarakat umum dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat kabar, majalah, buku-buku dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi secara lisan namun tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain sebagainya.
KOMUNIKAS VERBAL
Komunikasi verbal adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa
merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa yaitu
fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.
KOMUNIKASI NONVERBAL
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.Para ahli di bidang komunikasi nonverbal biasanya menggunakan definisi "tidak menggunakan kata" dengan ketat, dan tidak menyamakan komunikasi non-verbal dengan komunikasi nonlisan. Contohnya, bahasa isyarat dan tulisan tidak dianggap sebagai komunikasi nonverbal karena menggunakan kata, sedangkan intonasi dan gaya berbicara tergolong sebagai komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal juga berbeda dengan komunikasi bawah sadar, yang dapat berupa komunikasi verbal ataupun nonverbal.
JENIS - JENIS KOMUNIKASI NONVERBAL :
KOMUNIKASI OBJEK
Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam.
Sentuhan
Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal. Sentuhan dapat termasuk:
bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain.
Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh.
Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif.
Kronemik
Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu
dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang
dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).
Gerakan tubuh
Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau menngendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan
Proxemik
Proxemik atau bahasa ruang, yaitu jarak yang Anda gunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain, termasuk juga tempat atau lokasi posisi Anda berada. Pengaturan jarak menentukan seberapa jauh atau seberapa dekat tingkat keakraban Anda dengan orang lain, menunjukkan seberapa besar penghargaan, suka atau tidak suka dan perhatian Anda terhadap orang lain, selain itu juga menunjukkan simbol sosial. Dalam ruang personal, dapat dibedakan menjadi 4 ruang interpersonal :
Jarak intim
Jarak dari mulai bersentuhan sampai jarak satu setengah kaki. Biasanya jarak ini untuk bercinta, melindungi, dan menyenangkan.
Jarak personal
Jarak yang menunjukkan perasaan masing - masing pihak yang berkomunikasi dan juga menunjukkan keakraban dalam suatu hubungan, jarak ini berkisar antara satu setengah kaki sampai empat kaki.
Jarak sosial
Dalam jarak ini pembicara menyadari betul kehadiran orang lain, karena itu dalam jarak ini pembicara berusaha tidak mengganggu dan menekan orang lain, keberadaannya terlihat dari pengaturan jarak antara empat kaki hingga dua belas kaki.
Jarak publik
Jarak publik yakni berkisar antara dua belas kaki sampai tak terhingga.
Vokalik
Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari.
Lingkungan
Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna. Proses komunikasi dalam suatu o r g a n i s a s i harus memberi kemungkinan dalam empat arah yang berbeda, kebawah, ke atas, horizontal dan diagonal. Deskripsi dar arah komunikasi tersebut sebagai berikut :
1.Komunikasi ke bawah.
2.Komunikasi ke atas
3.Komunikasi horizontal
4.Komunikasi diagonal
1. Komunikasi ke bawah.
Mengalir dari orang pada hierarki yang lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah. Misalnya dalam bentuk instruksi, memoresmi, prosedur, pedoman kerja, pengumuman, dan sebagainya.
2. Komunikasi ke atas
Porsi ini sebenarnya dituntut untuk seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda dengan komunikasi ke bawah, komunikasike atas mengalir dari orang pada hierarki yan lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi. Misalnya, dalam bentuk kotak sara,pertemuan kelompok, pengaduan, dan sebagainya.
3. Komunikasi horizontal
Merupakan pertimbangan utama dalam desain organisasi,namun organisasi yang efektif memerlukan juga komunikasihorizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi dariberaneka ragam fungsi keorganisasian. Misalnya, komunikasiantar produksi dan pemsaran dalam organisasi bisnis, dsb.
4. Komunikasi diagonal
Merupakan jalur komunikasi yang paling jarang digunakan,komunikasi diagonal penting dalam situasi ketika para anggiotatidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui jalur ini.
proses pengambilan keputusan dalam organisasi
Pengambilan keputusan merupakan proses yang komleks yang memerlukan penanganan yang serius. Secara umum, proses pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah beriktu (Gibson dkk, 1987):
Menerapkan tujuan dan sasaran : Sebelum memulai proses pengambilan keputusan, tujuan dan sasaran keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu. apa hasil yang harus dicapai dan apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
Identifikasi persoalan : Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan harus diidentifikasikan dan diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan memberi batasan persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga memerlukan upaya penggalian.
Mengmbangkan alternatif : Tahap ini berisi pengnidentifikasian berbagai alternatif yang memungkinkan untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama alternatif itu ada hubungannya, walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini. Belum ada komentar dan analisis.
Menentukan alternatif : Dalam tahap ini mulai berlangsung analisis tehadap berbagai alternatif yang sudah dikemukakan pada tahapan sebelumnya. Pada tahap ini juga disusun juga kriteriatentang alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengambilan keputusan. Hasil tahap ini mungkin masih merupakan beberapa alternatif yang dipandang layak untuk dilaksanakan.
Memilih alternatif : Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu alternatif yang terbaik. pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada masa yang akan datang.
Menerapkan keputusan : Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu sendiri merupaka abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari pelaksanaannya.
Pengendalian dan evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan evaluasi untuk menjaga agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah diputuskan.
Langganan:
Postingan (Atom)